Sedekah merupakan suatu perbuatan mulia; apalagi dilakukan dengan tulus. Akan semakin baik lagi jikalau dikerjakan dengan sirri
atau diam-diam. Sebagaimana ungkapan Rasulullah SAW apabila tangan
kanan memberi (bersedekah) usahakanlah tangan kiri tidak mengetahuinya.
Akan tetapi Allah juga membolehkan bersedekah secara terang-terangan (QS
2:274, 13:22, 14:31, 16:75, 35:29). Sebab sedekah terang-terangan dapat
juga digunakan sebagai syiar agama. Semua tergantung dari niat kita
masing-masing. Diam-diam ataukah terang-terangan, akan sama baiknya jika
dilakukan dengan niat ikhlas.
Sementara ikhlas adalah satu kata yang mudah
sekali diomongkan tetapi tidak mudah dipraktekkan. Sebagai contoh :
andaikata saya meminta pembaca untuk memberi definisi “ikhlas” menurut
pendangan masing-masing tentu tidak sesulit ketika diminta melakukannya.
Demikian saya juga merasakan hal serupa.
perbuatan ikhlas itu seperti seorang yang
sedang buang hajat. Tatkala masuk kamar mandi; kita tutup rapat-rapat
pintunya supaya tidak ada orang melihatnya. Kemudian kita buka kran
airnya biar tidak ada orang mendengarkan suaranya. Lalu kita siram air
sampai bersih agar diri kita sendiri dan orang lain tidak lagi mencium
baunya. Demikian itu merupakan contoh gambaran perbuatan ikhlas.
Setidak-tidaknya dalam Al-Qur’an kata
sedekah diulang sebanyak 43 kali dengan beberapa istilah berbeda namun
menunjukkan makna serupa. Sedekah berasal dari bahasa arab yaitu shadaqah,
memiliki arti yang berbeda dengan zakat maupun infak. Definisi sedekah
ialah pemberian dari seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah tertentu. Sedangkan zakat
ialah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat
tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan
kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratannya tertentu pula.
Disebutkan juga bahwa infak sendiri punya pengertian hampir sama dengan
sedekah, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuanya. Hanya saja jika
infak terbatas pada materi tetapi sedekah mencakup hal yang lebih luas.
Namun lepas dari perbedaan-perbedaan itu semua baik sedekah, zakat
maupun infak sama-sama mempunyai manfaat besar bagi diri sendiri maupun
terhadap manusia lainnya.
Adapun hikmah daripada bersedekah cukup
banyak. Namun satu hal yang terpenting, yaitu menunjukkan bukti keimanan
kita kepada Allah. Bersedekah hendaknya dilakukan ketika susah maupun
lapang, tidak harus menunggu kita kaya atau menjadi juragan.
Permasalahannya, ketika makan saja susah, mau sedekah dengan apa? Muncul
lagi pertanyaan; bagaimana dengan orang yang sehari-hari meminta-minta
karena hidup serba kekurangan, dengan apa mereka bersedekah? Bagaimana
dengan mereka yang pagi, sore, petang tiada berhenti mencakar-cakar
tempat sampah mencari sisa-sisa makanan, hanya untuk sekedar mengusir
rasa lapar dari perutnya, dengan apakah mereka bersedekah? Lalu,
bagaimana dengan seorang Ibu yang tiada berhenti menangis karena tidak
bisa membeli air susu untuk anaknya, dengan apa mereka akan bersedekah?
Dan jutaan pertanyaan lainnya.
Dalam hatinya mereka akan berkata
“orang-orang kaya telah memperoleh kedudukan tinggi dan nikmat abadi.
Mereka bisa sholat sebagaimana kita sholat, mereka puasa sebagaimana
kita berpuasa, mereka bisa bersedekah tetapi kita tidak”
Sesungguhnya, bagaimanapun keadaan kita
bahkan sesulit apapun itu, sedekah masih bisa kita laksanakan. Kaya atau
miskin, tua atau muda, peluang untuk mendapat pahala dari bersedekah
sama-sama terbuka lebar. Inilah jawabanya. Kabar baiknya bahwa
bersedekah sebagaimana disebutkan dalam uraian diatas mempunyai makna
lebih luas daripada zakat maupun infak. Sedekah tidak harus dengan
materi. Sedekah tidak harus dengan barang atau uang. Sedekah bisa kita
lakukan kapan saja dan dimana saja dan dalam keadaan apa saja. Sedekah
bisa kita kerjakan sejak bangun tidur sampai kita akan kembali tidur.
Apa sajakah sedekah tanpa materi yang bisa dilakukan? Di bawah ini kami
beberkan rahasianya.
1. Sedekah waktu dan tenaga
Di Klaten, Jawa Tengah hidup seorang tukang
becak yang rutin bersedekah dengan cara unik. Suatu ketika ada Ibu-ibu
menggunakan jasanya minta diantar ke suatu tempat. Setelah sampai ke
tujuan, Ibu itu bertanya kepada tukang becak “berapa ongkosnya pak?”
Tukang becak itu menjawab “Maaf bu, bukannya saya menolak uang Ibu,
tetapi saya bertekad untuk bersedekah dengan cara menggratiskan ongkos
tarikan becak setiap hari jumat. Kebetulan ini hari jumat sehingga Ibu
tidak perlu membayar”. Hari jumat depan Ibu ini minta diantarkan tukang
becak itu lagi untuk membuktikan kebenaran omongannya. Kali ini dengan
tempat tujuan yang agak jauh. Dan ternyata benar, lagi-lagi tukang becak
itu memberi tiket free setiap hari jumat.
Subhanallah! Seorang tukang becak yang hidup
sederhana bahkan cenderung kekurangan, tidak pernah absen dalam
bersedekah. Insya Allah di kehidupan akherat kelak, Dia akan disambut
dengan senyum manis malaikat Ridwan. Sedangkan kita yang hidupnya
berkecukupan bahkan berlebih seharusnya merasa malu kepada Bapak tukang
becak itu apabila kita malas bersedekah. Semoga kisah inspiratif ini
dapat kita jadikan motivasi untuk senantiasa bersedekah sesuai kemampuan
kita..
2. Menyedekahkan ilmu
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bila
seorang manusia mati akan terputus amalnya kecuali tiga hal; amal
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak saleh. Oleh karena itu, jika
kita mengajarkan ilmu kepada orang lain, ilmu yang kita miliki akan
bermanfaat. Mengajarkan ilmu yang bermanfat kepada siapa saja adalah
bernilai sedekah. Boleh dengan cara lisan maupun tulisan.
Seorang guru pernah berkata kepada puteranya
“jika ku tinggalkan harta untukmu, sebanyak apapun itu, cepat atau
lambat pasti akan habis. Tetapi jika ku berikan ilmu kepadamu, dia akan
kekal bersamamu. Kamu bisa menggunakannya untuk mencari harta sebanyak
yang kamu mau”. Begitulah, ilmu punya kedudukan lebih tinggi ketimbang
harta. Itu berarti menyedekahkan ilmu yang bermanfaat akan jauh lebih
berguna ketimbang menyedekahkan harta. Adalah bukan sifat seorang muslim
yang baik menyembunyikan ilmu yang dimilki.
3. Bersedekah dengan hati
Ada ungkapan, “alangkah banyak amalan besar
menjadi kecil karena niat. Dan alangkah banyak pula amalan kecil menjadi
besar karena niat”. Amalan paling utama, kata Umar bin khatthab adalah
melaksanakan kewajiban dari Allah, bersikap wara’ terhadap yang
diharamkannya, dan meluruskan niat untuk mendapat pahala dari sisi
Allah.
Dan Rasulullah juga bersabda “Sesungguhnya
Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan serta telah menjelaskannya
dalam kitab-Nya. Barangsiapa yang sudah berniat untuk kebaikan, namun
tidak jadi mengerjakannya, maka akan dituliskan untuknya satu kebaikan
sempurna. Jika kemudian dia benar-benar mengerjakannya maka Allah akan
menuliskan untuknya 10 hingga 700 kebaikan, bahkan bisa lebih banyak
lagi. Barang siapa yang sudah berniat untuk keburukan, namun tidak jadi
mengerjakannya, maka akan dituliskan untuknya kebaikan sempurna. Jika
kemudian dia benar-benar mengerjakannya maka Allah akan menuliskan satu
keburukan untuknya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maka sudahkah kita
berniat dalam hati untuk bersedekah?
4. Bersedekah dengan lisan
“Panasnya matahari masih bisa disangga, tapi
panasnya hati siapa kuat menahannya?” begitulah ucapan seorang teman.
Adapula pepatah yang mengatakan “luka pedang bisa diobati, luka hati
dibawa mati”. Sesungguhnya, apabila lidah baik bicaranya, orang-orang
disekitar akan mencintainya. Tetapi bila lidah buruk bicaranya,
orang-orang di sekeliling akan merasa tersakiti olehnya. Bahkan tak
sedikit pula membawa nyawa melayang.
Menjaga lidah adalah pilihan terbaik. Sebab
perkataan yang baik termasuk sedekah. Ia akan membahagiakan siapapun
yang mendengarnya, menumbuhkan rasa cinta, dan menjauhkan diri dari
permusuhan.
5. Senyum adalah sedekah
Kalau orang gila saja mampu memberi senyum
dengan penuh keikhlasan, tanpa kebohongan dan tanpa kemunafikan, kenapa
kita tidak? Tersenyumlah, karena senyum adalah sedekah. Betapa indahnya
senyum yang datang dari lubuk hati paling dalam. Betapa indahnya senyum
tanpa keterpaksaan. Betapa indahnya senyum disertai rasa persahabatan.
Betapa indahnya senyum tiada dibuat-buat, menunjukkan kondisi sama
antara bibir dan hati. Sebab Ia muncul untuk membahagiakan, menghormati
dan memuliakan orang lain.
Akhirnya dengan bertambahnya pengetahuan
kita tentang beragam cara bersedekah tanpa harus menggunakan materi,
semoga kita semua akan semakin terpacu untuk melaksanakannya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar